Perempuan Indonesia memiliki kekuatan dan kelebihan yang bisa
membangun kebaikan tidak hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga
bagi lingkungan dan bangsa dalam tataran yang lebih luas. Sri Mulyani,
Kartini Muljadi dan Tian Belawati bukti yang nyata.
Mereka adalah tiga tokoh perempuan Indonesia yang brilian. Buah
pikiran serta dedikasi ketiganya telah menginspirasi jutaan perempuan,
tak hanya di Tanah Air, tetapi juga di level dunia.
Sri Mulyani, Srikandi Ekonomi
Cerdas, adalah kata yang tak bisa dipisahkan dari pemilik nama
lengkap Sri Mulyani Indrawati ini. Kemampuannya dalam mengelola
perekonomian tidak diragukan lagi. Dalam catatan perjalanan kariernya,
ia merupakan perempuan sekaligus orang Indonesia pertama yang menjabat
sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia, sebuah jabatan prestisius yang
diembannya mulai 1 Juni 2010 lalu.
Sebelum berkantor di Bank Dunia di Washington DC, Amerika Serikat,
perempuan berambut pendek kelahiran 26 Agustus 1962 ini menjabat sebagai
Menteri Keuangan untuk periode 2005-2010. Sejak menjadi anggota
kabinet, ia mendulang berbagai prestasi yang membanggakan. Tak heran,
jika lulusan University of Illinois ini untuk ketiga kalinya masuk dalam
daftar 100 perempuan paling berpengaruh versi majalah Forbes.
Pada 2008 lalu, perempuan kelahiran Tanjung Karang, Lampung ini
menempati posisi nomor 23, berada di atas tokoh-tokoh perempuan top
dunia lainnya, seperti Hillary Rodham Clinton, Aung San Suu Kyi, dan
Oprah Winfrey. Selanjutnya, pada 2009 ia menempati posisi 71 dan pada
2012 menduduki nomor 72.
Pada 2010 lalu, mantan Direktur International Monetery Fund
(IMF) Asia ini termasuk dalam daftar 13 perempuan Asia paling
berpengaruh versi CNN. Sri Mulyani, yang akrab disapa Mbak Ani ini, juga
dinobatkan sebagai Menteri Keuangan Terbaik Asia oleh Emerging Markets pada 2006.
Kartini Muljadi
Nenek sembilan cucu dan ibu dari empat anak ini menjadi perempuan
satu-satunya yang masuk dalam daftar 50 Orang Terkaya di Nusantara versi
majalah Forbes Indonesia. Tahun lalu, kekayaannya tercatat sebanyak US$ 1,42 juta atau sekitar Rp14,2 triliun.
Yang sangat menarik dan inspiratif, kekayaan yang dimiliki Kartini
bersama keluarganya ini bukan didapat dari warisan, melainkan diperoleh
dari kerja, kerja dan kerja. Perempuan yang jeli melihat peluang ekonomi
di balik ide yang brilian, atau dikenal dengan istilah idenomic. Dari gagasan didulang menjadi uang. Semua dilakukannya dengan berproses.
Perempuan kelahiran 17 Mei 1930 yang tetap enerjik ini mulai menekuni
karier di bidang hukum. Sebagai Sarjana Hukum lulusan Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, ia memang seorang yang gesit dan aktif. Semasa
kuliah, ia menyambil kerja di Perhimpunan Sosial Tjandra Naya yang
banyak membantu warga tak mampu di bidang pendidikan dan kesehatan.
Selepas kuliah, istri mendiang Djojo Muljadi ini merintis karir
sebagai hakim, mengadili perkara pidana, perdata dan kepailitan di
Pengadilan Negeri. Dengan tanggungan keluarga yang bertambah besar, ia
banting setir menjadi notaris, karena gaji hakim yang juga PNS itu tidak
mencukupi kebutuhan keluarga. Sepuluh tahun, dari 1970 hingga 1980,
pendiri Yayasan Daya Bhakti Pendidikan Universitas Indonesia ini menjadi
notaris papan atas dengan klien perusahaan-perusahaan ternama.
Meski demikian, pada 1990 Kartini pensiun dini sebagai notaris, lalu
mendirikan kantor pengacara dan konsultan hukum bernama Kartini Muljadi
& Rekan. Hebatnya, hingga kini ia masih aktif mengelola firma hukum
dengan klien perusahaan multinasional. Kiprahnya sebagai konsultan hukum
di sektor perbankan dipercaya untuk menjadi penasehat hukum Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Saat krisis keuangan melanda
Indonesia pada 1997-1998, ia menggagas Master Settlement dan Master Refinancing Agreement
antara BPPN dan para pemegang saham bank-bank bermasalah. Atas
kecerdasannya menggairahkan pasar modal di Tanah Air, Kartini beroleh
anugerah penghargaan Capital Market Life Time Achievement Award dari Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri pada 2004.
Tian Belawati Buka Peluang Kuliah Bagi Semua
Bagi Prof Ir Tian Belawati, Med, Phd, mengelola Universitas Terbuka
(UT) bukan cuma sebuah pekerjaan, tetapi juga komitmen untuk memenuhi
pendidikan bagi seluruh masyarakat. Sejak 1989 hingga kini, alumnus
University of British Columbia, Vancouver ini setia membesarkan UT.
Menurut Tian, UT membuka akses sebesar-besarnya bagi masyarakat
Indonesia di mana pun ia berada untuk menikmati pendidikan perguruan
tinggi. Sistem pendidikan jarak jauh yang diterapkan UT membuat
mahasiswa bisa kuliah sambil bekerja. Selain itu, kelulusan ditentukan
sendiri oleh mahasiswa yang membuat tidak ada istilah drop out atau tidak lulus dalam sistem akademiknya.
Tian bergabung di UT begitu ia meraih gelar insinyur dari Institut
Pertanian Bogor (IPB) pada 1984. Saat itu UT baru berusia tujuh bulan.
Fasilitas kantornya pun belum memadai. Bahkan perempuan kelahiran
Sukabumi, 1 April 1962 ini mesti mengetik tugas kantor di teras,
lantaran belum ada ruang kerja.
Tetapi ini justru menumbuhsuburkan kecintaan dan kesetiaan Tian
kepada UT. Berbagai upaya untuk memperbaiki sistem pendidikan yang
melancarkan proses perkuliahan diupayakannya. Kini sebagai Rektor UT ,
Tian menerapkan sistem jemput bola hingga ke pelosok desa di Indonesia
untuk menjaring sebanyak mungkin mahasiswa. Ia juga menyasar para Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) yang mencari nafkah di luar negeri seperti Arab
Saudi, Singapura, Malaysia, Hong Kong, Korea Selatan dan Yunani.
Saat ini di UT tercatat sekitar 640.000 mahasiswa aktif di dalam
negeri dan sekitar 3.000 mahasiswa di luar negeri. Tak sedikit juga
mahasiswa asing yang belajar di UT seperti dari Malaysia, Fiji, Timor
Leste, dan Thailand.
Di bawah kepemimpinan Tian, UT maju pesat dan beroleh sertifikat kualitas dan akreditasi internasional dari International Council for Open and Distance Education (ICDE) Standard Agency (ISA)
pada 12 Agustus 2005. UT juga mendapat Sertifikat ISO 9001:2000 untuk
bidang Layanan Bahan Ajar dari Badan Sertifikasi SAI Global yang
menyejajarkannya dengan univeritas terkenal lainnya seperti UGM, UI,
ITB, Unair, dan IPB.
Untuk itu Tian duduk di jajaran Presiden Eksekutif Komite di
organisasi UT sedunia yang tak pernah lelah mengenalkan UT ke
mancanegara. Ibu beranak satu ini tengah menyiapkan program S2 Asean Studies bersama empat negara lainnya, yakni Malaysia, Thailand, Filipina dan Vietnam. (1003)
0 komentar:
Posting Komentar